Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap
benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan
tidak berdasar pada kenyataan. Istilah “phobia” berasal dari kata “phobi” yang
artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional; yang dirasakan
dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh
ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek atau situasi
tertentu.
-CONTOH KASUS PHOBIA
Andri adalah murid salah satu sekolah dasar di Semarang, ia
memiliki masalah ketidakmampuan menjalin hubunga sosial yang baik dengan teman
sebayanya dikarenakan terlalu banyak bermain game online. Semakin berjalannya
waktu dan ketidakmampuan Andri untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi,
masalah Andri ini menjadi meluas. Tidak hanya dengan teman-teman sebayanya
tetapi juga dengan guru-guru pengajar.
Yang menjadi perhatian adalah ketika Andri berbicara dengan
orang lain. Tidak terfokus dengan lawan bicara, hanya tersenyum-senyum sambil
menggerakkan kepalanya dengan hitungan patah-patah seperti boneka kayu yang
kaku dan pandangan kosong lurus ke depan. Hitungan fokus untuk menatap lawan
bicara hanya kurang dari 6 detik dan fokus pada topik pembicaraan hanya kurang
dari 9 detik. Pola seperti ini, terulang terus menerus ketika Andri dihadapkan
pada situasi yang mengharuskan dia untuk berkomunikasi dengan dua orang atau
lebih.
Pola yang terulang terus-menerus setiap kali berbicara
dengan Andri,membuat teman-teman sekelasnya menjauhi Andri. Bahkan ada seorang
guru yang membentak Andri dengan menggunakan kata “gendheng dan autis.”
Masalah baru muncul. Andri tidak hadir di sekolah sampai
hampir 1 minggu. Menurut pengakuan ibunya, setiap disuruh berangkat ke sekolah,
badan Andri mendadak panas dan kakinya dingin yang disertai dengan diare. Empat
surat izin tidak masuk karena sakit dari orang tua Andri, terdapat diatas meja
kerja guru. Tiga kali diperiksakan ke dokter oleh orang tuanya, tidak diketahui
adanya penyakit berbahaya. Menurut analisa dokter, sakitnya Andri dikarenakan
Andri mengalami stres berat dan ketakutan akan sesuatu. Kepada ibunya, Andri bercerita
kalau dia takut berhadapan dengan guru yang mengatakan dia gendheng dan autis.
Sehingga membuat dia takut berangkat ke sekolah.
Gejala yang dialami oleh Andri, menunjukkan bahwa Andri
terserang Phobia Sekolah. Menurut Jacinta F. Rini, phobia sekolah adalah bentuk
kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai
keluhan yang tidak pernah muncul atau pun hilang ketika “masa keberangkatan”
sudah lewat atau pada hari Minggu atau hari libur. Phobia sekolah dapat
sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya
mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru atau pun
ketika ia menghadapi suatu pengalandri yang tidak menyenangkan di sekolah.
Ada beberapa tanda yang dapat dijadikan sebagai kriteria
phobia sekolah, yaitu:
-Menolak untuk berangkat ke sekolah.
-Mau datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian minta
pulang
-Pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus dengan
orang tua atau pengasuhnya, atau menunjukkan tantrum-nya seperti menjerit-jerit
di kelas, agresif terhadap anak lainnya (memukul, menggigit, dsb.) atau pun
menunjukkan sikap-sikap melawan/menentang gurunya
-Menunjukkan ekspresi/raut wajah sedemikian rupa untuk
meminta belas kasih guru agar diijinkan pulang dan ini berlangsung selama
periode tertentu.
-Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
-Keluhan fisik yang sering dijadikan alasan seperti sakit
perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, diare, gatal-gatal,
gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Anak berharap dengan mengemukakan
alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
-Mengemukakan keluhan lain (diluar keluhan fisik) dengan
tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.
-Senang berdiam diri di dalam kamar dan kurang mau bergaul .
-CARA MENGATASI PHOBIA
Ada beberapa teknik Untuk penyembuhan phobia diantaranya
adalah sbb:
1. Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti
untuk menghilangkan phobia.
2. Flooding: Exposure Treatment yang ekstrim. Si penderita
phobia yang ngeri kepada anjing (cynophobia), dimasukkan ke dalam ruangan
dengan beberapa ekor anjing jinak, sampai ia tidak ketakutan lagi.
3. Desentisisasi Sistematis: Dilakukan exposure bersifat
ringan. Si penderita phobia yang takut akan anjing disuruh rileks dan
membayangkan berada ditempat cagar alam yang indah dimana si penderita
didatangi oleh anjing-anjing lucu dan jinak.
4. Abreaksi: Si penderita phobia yang takut pada anjing
dibiasakan terlebih dahulu untuk melihat gambar atau film tentang anjing, bila
sudah dapat tenang baru kemudian dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya
dari jauh dan semakin dekat perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat
dilanjutkan dengan memegang anjing dan bila phobia-nya hilang mereka akan dapat
bermain-main dengan anjing. Memang sih bila phobia yang dikarenakan pengalaman
traumatis lebih sulit dihilangkan.
5. Reframing: Penderita phobia disuruh membayangkan kembali
menuju masa lampau dimana permulaannya si penderita mengalami phobia, ditempat
itu dibentuk suatu manusia baru yang tidak takut lagi pada phobia-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar